TINJAUAN PENYAKIT DHF (Dengue Hemorrhagic Fever)
PADA ANAK
A. PENGERTIAN
Dengue
Haemorrhagic Fever (DHF) atau Demam berdarah dengue adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue,sejenis virus yang tergolong arbovirus yang masuk
ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk aedes aegypti betina. Deman berdarah dengue merupakan penyakit
infeksi yang dapat berakibat fatal dalam waktu yang relative singkat (Nursalam
dkk, 2005).
Demam berdarah dengue dapat menyerang semua
orang dan dapat mengakibatkan kematian, terutama pada anak. Penyakit ini tidak
menular melalui kontak manusia secara langsung, tetapi dapat ditularkan melalui
nyamuk aedes aegypti. Nyamuk ini
menyimpan virus dengue pada telurnya, selanjutnya akan menularkan virus
tersebut ke manusia melalui gigitannya. Sekali menggigit, nyamuk ini akan berulang
menggigit orang lain lagi sehingga dengan mudah darah seseorang yang mengandung
virus dengue dapat cepat dipindahkan ke orang lain, yang paling dekat tentulah
orang yang tinggal dalam satu rumah (Nursalam dkk, 2005).
Namun,
virus dengue yang sudah masuk ke dalam tubuh seseorang, tidak selalu dapat
menimbulkan infeksi jika orang tersebut mempunyai daya tahan tubuh yang kuat
sehingga dengan sendirinya virus tersebut akan dilawan oleh tubuh (Nursalam
dkk, 2005).
B. PENYEBAB
Penyebab dari DHF adalah virus dengue ditularkan
melalui vektor nyamuk aedes aegypti yang
terdapat hampir di seluruh Indonesia kecuali pada daerah dengan ketinggian
lebih dari 1000 m di atas permukaan laut.
C. KLASIFIKASI PENYAKIT DHF
Menurut Hastuti (2008), penyakit DBD diklasifikasikan
berdasarkan berat ringannya yakni sebagai berikut ;
- Derajat I
disebut derajat I apabila terdapat tanda-tanda demam
disertai gejala-gejala yang lain seperti mual, muntah, sakit pada ulu hati,
pusing, nyeri otot, dan lain lain tanpa adanya pendarahan spontan dan bila
dilakukan uji torniket menunjukkan hasil positif terdapat bintik-bintik merah.
Selain itu, pada pemeriksaan laboratorium menunjukkan tanda-tanda
hemokonsentrasi dan trombositopenia.
- Derajat II
Disebut derajat II memiliki tanda-tanda gejala seperti
yang terdapat pada DBD derajat I yang disertai dengan adanya pendarahan spontan
pada kulit ataupun tempat lain (gusi, mimisan, dan lain sebagainya).
- Derajat III
Disebut derajat III apabila telah jatuh pada keadaan
shock, yaitu pengukuran nadi didapatkan hasil cepat dan lemah, tekanan darah
menurun, penderita gelisah, dan tampak kebiru-biruan pada sekitar mulut,
hidung, dan ujung-ujung jari.
- Derajat IV
Disebut derajat IV apabila penderita telah jatuh pada
keadaan shock, penderita kehilangan kesadaran dengan nadi tidak teraba dan
tekanan darah tidak terukur. Kondisi seperti ini disebut DSS (Dengue Shock
Syndrome). Penderita berada dalam keadaan kritis dan memerlukan perawatan yang
intensif di ruang ICU.
D.
KOMPLIKASI
Komplikasi
DHF antara lain :
- Ensefalopati
Dengue, sebagai komplikasi syok berkepanjangan dengan perdarahan. Dapat
menyebabkan kesadaran pasien menurun, apatis atau somnolen, dan dapat
diseertai kejang.
- Kelainan
ginjal, umumnya terjadi akibat syok yang tidak teratasi dengan baik. Umtuk
mencegah, setelah syok diobati dengan mengganti cairan intravaskular.
- Udem
paru,merupakan komplikasi akibat pemberian cairan berlebihan.
E.
PATOFISIOLOGI
F.
TANDA DAN GEJALA
Menurut
Nursalam dkk (2005), tanda dan gejala DHF antara lain :
1) Demam
2) Perdarahan/bintik-bintik
merah pada kulit
3) Perdarahan
lain: mimisan, perdarahan gusi
4) Keluhan
pada saluran pernafasan: batuk, pilek
5) Keluhan
pada saluran pencernaan ataupun sakit pada waktu menelan
6) Keluhan
pada bagian tubuh yang lain: nyeri/sakit kepala, nyeri pada otot, tulang sendi,
dan ulu hati, pegal-pegal, pada seluruh tubuh
7) Dapat
juga dijumpai adanya pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening, yang
akan kembali normal pada masa penyembuhan
8) Padakeadaan
yang berat, penderita akan jatuh pada keadaan renjatan/shock,yang dikenal
ddengan DSS (dengue shock syndrome ),dengan tanda-tanda sebagai berikut:
a) Kulit
teraba lembab dan dingin
b) Tekanan
darah menurun; nadi cepat dan lemah
c) Terjadi
perdarahan, baik dari mulut hidung
maupun anus yang terlihat seperti tinja hitam
d) Lemah,ngantuk,
terjadi penurunan tingkat kesadaran
e) Gelisah
f) Tampak
kebiru-biruan pada sekitar mulut, hidung, danujung-ujung jari
g) Tidak
buang air kecil selama 4-6 jam
G.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut
Nursalam (2005), patokan dari WHO (World
Health Organization) untuk menegakan diagnostik DHF adalah sebagai berikut:
1. Demam
akut,yang tetap tinggi selama 2-7 hari kemudian turun secara lisis demam
disertai gejala tidak spesifik,seperti anoreksia,lemah, nyeri.
2. Manifestasi
perdarahan :
a. Uji
tourniquet positif
b. Petekia,
purpura , ekimosis
c. Epistaksis,perdarahan
gusi
d. Hematemesis,melena
3. Pembesaran
hati yang nyeri tekan, tanpa ikterus.
4. Syok
Ditandai
dengan nadi lemah dan cepat disertai tekanan nadi yang menurun (tekanan
sistolik menurun sampai 120 mmHg atau kurang dan tekanan diastolik menurun 80
mmHg atau kurang) dan kulit yang teraba dingin dan lembab , terutama pada ujung
hidung , jari, dan kaki. Penderiat gelisah serta timbul sianosis di sekitar
mulut.
5. Dengan
atau tanpa renjatan.
Renjatan
biasanya terjadi pada saat demam turun (hari ke-3 dan hari-7 sakit). Renjatan
yang terjadi pada saat demam biasanya mempunyai prognosis buruk.
6. Kenaikan
nilai Hematokrit/ hemokonsentrasi
7. Darah
lengkap: hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20 % atau lebih), trombositopeni
(100.000/mm3 atau kurang).
8. Rontgen
Thorax : kadang ditemukan efusi pleura.
Sedangkan
menurut literatur yang diakses dari internet pada tanggal 6 Mei 2013di www.library.upnvj.ac.id/pdf/.../bab2.pdf,
pemeriksaan diagnostik DHF meliputi:
1. Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan Laboratorium
a.
Trombosit menurun
<100.000/ul
b.
Hematokrit meningkat
20% atau lebih
c.
Lekosit menurun pada
hari ke-2 dan ke-3
d.
Kadar albumin menurun
sedikit dan bersifat sementara
e.
Hipoproteinemia (protein
darah rendah)
f.
Hiponatremia (Na darah
rendah)
2.
Pemeriksaan Radiologi
Pada foto thorak DHF
grade III dan IV serta sebagian grade II, didapatkan efusi pleura.
3.
Pemeriksaan Serologis
Uji hemaglutinasi
inhibisi, kenaikan titer konvalesen 4x lipatdari titer serum akut atau titer
tinggi, yakni >1280, diduga positif infeksi dengue.
Menurut
Nursalam dkk (2005), gambaran klinis DHF seringkali mirip dengan beberapa penyakit lain seperti:
a.
Demam chikungunya (DC)
Dimana serangan demam
lebih mendadak atau lebih pendek tapi
suhu diatas 400C disertai ruam dan infeksi konjungtiva ada rasa
nyeri sendi dan otot. Pada DC tidak ditemukan perdarahan gastrointestinal dan
syok.
b.
Demam Thypoid
Biasanya timbil tanda
klinis khas seperti pola demam, bradikardi relatif adanya
leukopenia,limfosistosis relatif.
c.
Anemia aplastik
Penderita tampak
anemis, timbul juga perdarahan pada stadium lanjut,demam timbul karena infeksi
sekunder,pemeriksaan darah tepi menunjukan pansitopenia.
d.
Purpura trombositopenia idiopati (ITP)
Purpura umumnya
terlihat lebih menyeluruh, demam lebih cepat menghilang, tidak terjadi
hemokonsentrasi.
H.
PENATALAKSANAAN
Menurut
literatur yang diakses dari internet pada tanggal 6 Mei 2013di www.library.upnvj.ac.id/pdf/.../bab2.pdf, pada
dasarnya pengobatan pasien DHF bersifat simtomatis dan suportif, antara lain :
1.
Untuk DHF tanpa renjatan
a. Tirah
baring
b. Pemberian
makanan lunak
c. Demam
tinggi, anoreksi dan muntah menyebabkan dehidrasi, maka pasien diberi banyak
minum yaitu 1 ½ - 2 liter dalam 24 jam. Dapat diberiak teh
manis, sirop, susu dan bila mau berikan juga oralit.
d. Demam
tinggi diobati dengan antipiretik dan kompres air hangat
e. Jika
kejang berikan luminal atau antikonvulsan lainnya
f. Infus
diberikan jika pasien terus menerus muntah, tudak mau minum dan hematokrit
meningkat
2.
Untuk DHF disertai renjatan :
Pasien
DHF dengan renjatan harus dipasang infus sebagai pengganti cairan yang hilang
akibat kebocoran plasma.Bila perlu berikan transfusi darah pada pasien dengan
perdarahan gastrointestinal yang hebat.
Sedangkan
menurut Soegijanto (2001), penatalaksanaan
DHF meliputi: koreksi elektrolit
dan kelainan metabolik, obat penenang, terapi oksigen,
transfusi darah, monitoring
tanda
vital dan kadar hematokrit, jenis cairan, jumlah, dan tetesan, untuk menentukan
apakah cairan yang diberikan sudah mencukupi dan jumlah dan frekuensi diuresis.
Pasien dapat dipulangkan, apabila:
- Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik
-
Nafsu makan membaik
-
Tampak perbaikan secara klinis
-
Hematokrit stabil
-
Tiga hari setelah syok teratasi
-
Jumlah trombosit > 50.000/μl
-
Tidak dijumpai distress pernafasan (disebabkan oleh efusi pleura atau asidosis)
I.
PENCEGAHAN
Nyamuk
Aedes aegypti hidup di dataran rendah
beriklim tropis sampai subtropics. Nyamuk ini sangat menyukai tempat teduh dan
lembab, suka bersembunyi di bawah kerindangan pohon, ataupun pada pakaian yang
tergantung dan berwarna gelap.
Nyamuk
ini bertelur pada genangan air yang jernih, yang ada dalam wadah, bukan pada
air kotor ataupun air yang langsung bersentuhan dengan tanah. Oleh karena itu,
terdapat beberapa tempat yang disukai dan merupakan tempat bertelurnya nyamuk Aedes aegypti, adalah sebagai berikut :
a. Tempayan
air atau ember
b. Tempat
minum burung
c. Vas
bunga atau pot bunga
d. Ban
bekas
e. Bak
mandi
f. Drum
air bersih
g. Kaleng
atau botol bekas
h. Potongan
bamboo
Kondisi
di atas, dilihat dari begitu banyak tempat-tempat yang tidak terduga disukai
nyamuk Aedes aegypti, tidak dapat dipungkiri penyebaran penyakit DBD dapat
berjangkit dan menyerang seluruh penduduk kapan saja.
Sampai
saat ini belum ditemukan obat yang dapat membunuh virus demam berdarah. Namun,
penyakit ini dapat dicegah dengan upaya “memutus mata rantai” penyakit ini.
Pencegahan
penyakit DBD dikenal dengan istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yang
dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut :
1. Kimia
a. Pengasapan
atau fogging (menggunakan malathion dan fenthion) yang berguna untuk mengurangi
penularan sampai batas waktu tertentu.
b. Abatisasi
atau pemberian bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air seperti: tempayan, ember, vas bunga, kolam, dan
sebagainya.
2. Biologi
Dilakukan
dengan memelihara jeis ikan pemakan jentik atau larva (ikan nila merah, ikan
guppy, dan sebagainya)
3. Fisik
Pengendalian
ini dikenal dengan kegiatan 3M (Menguras, Menutup, Mengubur). Adapun yang
dimaksud menguras bak mandi, bak WC, menutup tempat penampungan air rumah
tangga (tempayan, drum, dan sebagainya), serta mengubur barang-barang bekas
seperti botol, kaleng, ban dan lain-lain untuk mencegah tergenangnya air di
tempat-tempat itu.
TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA ANAK DENGAN DHF (Dengue Hemorrhagic Fever)
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
pasien
Nama,
umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak usia kurang dari 15tahun),
jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua, dan
pekerjaan orang tua.
2. Keluhan
utama
Alas
an/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk dating ke Rumah Sakit adalah
panas tinggi dan anak lemah
3. Riwayat
penyakit sekarang
Didapatkan
adanya keluhan panas secara mendadak yang disertai menggigil dan saat demam
kesadaran kompos mentis. Turunya panas terjadi antara hari ke-3 dan ke-7, dan
anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk, pilek, nyeri
telan, muntah anoreksia, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan
persendian, nyeri ulu hati, dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya
manifestasi perdar4ahan pada kulit, gusi, (grade III, IV), melena atau
hematemesis.
4. Riwayat
penyakit yang pernah diderita
Penyakit
yang pernah diderita. Pada DHF, anak bisa mengalami serangan ulangan DHF dengan
tipe virus yang lain.
5. Riwayat
imunisasi
Apabila
anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya komplikasi
dapat dihindarkan
6. Riwayat
gizi
Status
anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik
maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat factor predisposisinya. Anak yang
menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun.
Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai pemenuhan nutrisi yang tidak mencukupi, maka anak dapat
mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang
7. Kondisi
lingkungan
Sering
terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih
(seperti air yang menggenang dan gantungan baju di kamar
8. Pola
kebiasaan
a) Nutrisi
dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang dan nafsu
makan menurun
b) Eliminasi
alvi (buang air besar). Kadang-kadang anak mengalami diare/konstipasi.
Sementara DHF pada grade III-IV bisa terjadi melena
c) Eliminasi
urin (bung air kecil)perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit/banyak,
sakit/tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria
d) Tidur
vdan istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit/nyeri
otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya
kurang
e)
Kebersihan. Upaya
keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang terutama
untuk membersihkan tempat sarang nyamuk aedes
aegypti
f)
Perilaku dan tanggapan
bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga kesehatan
9. Pemeriksaan
fisik , meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi dari ujung rambut
sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan DHF, keadaan fisik anak adalah sebagai
berikut:
a) Grade
I: kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital dan nadi lemah
b) Grade
II: kesadaran kompos mentis , keadaan umum lemah, ada perdarahan, spontan
petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah,kecil, dan tidak teratur
c) Grade
III: kesadaean apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil, dan
tidak teratur, serta tensi turun
d) Grade
IV: kesadaran koma, tanda-tanda vital:nadi tidak teraba, tensi tidak terukur,
pernafasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit tampak
biru
10. Sistem integument
a) Adanya
petekia pada kulit, turgor kulit menurun,dan muncul keringat dingin, dan lembab
b) Kuku
sianosis atau tidak
c) Kepala
dan leher
Kepala terasa nyeri,
muka tampak kemerahan karena demam(flusy), mata anemis, hidung kadang mengalami
perdarahan(epitaksis)padagrade II,III,IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa
mulut kering, terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokan
mengalami hyperemia pharing dan terjadi perdarahan telinga(padagrade II,III,IV)
d) Dada
Bentuk simetris dan
kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax terdapat adanya cairan yang
tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi pleura), Rales +,Ronchi + yang
biasanya terdapat padagrade III dan IV
e) Abdomen
Mengalami nyeri tekan,
pembesaran hati,(hepatomegali), dan asites
f) Ekstremitas
Akral dingin, serta
terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang
11. Pemeriksaan
laboratorium
Padapemeriksaan
darah pasien DHF akan dijumpai:
a) Hb
dan PCV meningkat (≥20%)
b) Trombositopenia
(≥100.000/ml)
c) Leucopenia
(mungkin normal atau lekositosis)
d) Ig.D.dengue
positif
e) Hasil
pemeriksaan kimia darah menunjukkan: hipoproteinemia,hipokloremia, dan
hiponatremia
f) Urium
dan pH darah mungkin meningkat
g) Asidosis
metabolik : pCo2 <35 – 40 mmHg dan HCO3 rendah
h) SGOT/SGPT
mungkin meningkat
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Masalah
atau diagnosis keparawatan DHF:
1. Peningkatan
suhu tubuh (hipertermia)
2. Nyeri
3. Gangguan
pemenuhan nutrisi, sehingga kurang dari kebutuhan
4. Potensial
terjadi perdarahan intra abdominal
5. Gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit
6. Kurangnya
pengetahuan tentang proses penyakit, diet, dan perawatan pasien DHF
7. Gangguan
aktivitas sehari-hari
C. PERENCANAAN
1. Peningkatan
suhu tubuh
1) Kajilah
saat timbulnya demam.
2) Observasi
tanda-tanda vital : suhu, nadi, TD, dan RR setiap 3 jam sekali.
3) Berikan
penjelasan mengenai penyebab demam atau peningkatan suhu.
4) Berikan
penjelasan kepada pasien/keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan untuk
mengatasi demam dan menganjurkan kepada pasien/keluarga untuk bersikap
kooperatif.
5) Jelaskan
pentingnya tirah baring bagi pasien dan akibatnya jika hal tersebut tidak
dilakukan.
6) Anjurkan
pasien untuk banyak minum paling tidak 2,5 liter tiap 24 jam dan jelaskan
manfaatnya bagi pasien.
7) Berikan
kompres dingin pada daerah axilla dan lipatan paha.
8) Anjurkan
agar pasien tidak memakai selimut dari pakaian yang tebal.
9) Catatlah
asupan dan keluaran cairan.
10) Berikan
terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai dengan program dokter.
2. Gangguan
rasa nyaman nyeri
1) Kajilah
tingkat nyeri yang dialami pasien dengan menggunakan skala nyeri (0-10).
Biarkan pasien memutuskan tingkat nyeri yang dialami, tipe nyeri yang dialami,
dan respoms pasien terhadap nyeri.
2) Berikan
posisi yang nyaman dan usahakan situasi yang tenang.
3) Berikan
suasana yang gembira pada pasien, alihkan perhatian pasien dari rasa nyeri
(libatkan keluarga) misalnya membaca buku, medengar musik dan menonton TV
4) Berikan
kesempatan pada pasien untuk berkomunikasi dengan teman-temannya atau orang terdekat.
5) Berikan
obat-obat analgetik(kolaborasi dengan dokter.
3. Gangguan
pemenuhan nutrisi(kurang dari kebutuhan)
1) Kajilah
keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami oleh pasien.
2) Berikan
makanan yang mudah ditelan, seperti bubur dan tim, serta dihidangkan selagi
hangat.
3) Berikan
makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.
4) Jelaskan
manfaat makanan/nutrisi bagi pasien terutama saat sakit.
5) Catatlah
jumlah/porsi makanan yang dihabiskan oelh pasien setiap hari.
4. Potensial
terjadinya perdarahan lebih lanjut sehubungan dengan trombositopenia
1) Monitor
tanda penurunan trombosit yang disertai dengan tanda klinis.
2) Monitor
jumlah trombosit setiap hari.
3) Berikan
penjelasan mengenai pengaruh trombositopenia pada pasien.
4) Anjurkan
pasien untuk banyak istirahat.
5. Gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit
1) Monitor
keadaan umum pasien.
2) Observasi
tanda-tanda vital setiap 2-3 jam.
3) Perhatikan
keluhan pasien, seperti mata berkunang-kunang, pusing, lemahy, ekstermitas
dingin, dan sesak nafas.
4) Apabila
terjadi tanda-tanda syok hipovolemik, baringkan pasien terlentang tanpa bantal.
5) Pasang
infus dan beri terapi cairan intravena jika terjadi perdarahan (kolaborasi
dengan dokter).
6. Kurangnya
pengetahuan keluarga tentang proses penyakit, diet, dan perawatan
1) Berikan
kesempatan pada pasien/keluarga untuk menanyakan hal-hal yang ingin diketahui
sehubungan dengan penyakitnya.
2) Jelaskan
semua prosedur yang akan dilakukan dan manfaatnya bagi pasien dan keluarga.
3) Jelaskan
tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan obat-obatan pada pasien dengan
bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.
7. Gangguan
aktivitas sehari-hari
1) Bantulah
pasien untuk memenuhi kebutuhan aktivitasnya sehari-hari seperti : mandi,
makan, dan eliminasi sesuai dengan tingkat keterbatasan pasien.
2) Berikan
penjelasan mengenai hal-hal yang dapat membantu dan meningkatkan kekuatan fisik
pasien.
3) Siapkan
bel di dekat pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A.A.A., 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan
Anak, Buku 2, Cetakan Ketiga, Penerbit Salemba Medika, Jakarta, Hal :123- 129
Nursalam, Susilaningrum, R. dan Utami, S., 2005,
Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (Untuk Perawat dan Bidan), Edisi I, Penerbit
Salemba Medika, Jakarta, Hal : 159 -168
Soegijanto, S., 2001,
Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue pada Anak, Seminar Penatalaksanaan DBD, Tropical
Disease Center (TDC), Lab. Ilmu Kesehatan Anak – FK UNAIR / RSUD Dr. Soetomo,
Surabaya
Diakses
pada tanggal 6 Mei 2013, jam 15.40, http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/.../bab2.pdf
Diakses
pada tanggal 4 Mei 2013, jam 20.15, http://www.library.itd.unair.ac.iddownload.phpid=5
0 Response to "Asuhan Keperawatan Anak dengan DHF"
Posting Komentar