Asuhan Keperawatan Anak dengan DHF


TINJAUAN PENYAKIT DHF (Dengue Hemorrhagic Fever)
PADA ANAK

A. PENGERTIAN
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau Demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue,sejenis virus yang tergolong arbovirus yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk aedes aegypti betina. Deman berdarah dengue merupakan penyakit infeksi yang dapat berakibat fatal dalam waktu yang relative singkat (Nursalam dkk, 2005).
 Demam berdarah dengue dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian, terutama pada anak. Penyakit ini tidak menular melalui kontak manusia secara langsung, tetapi dapat ditularkan melalui nyamuk aedes aegypti. Nyamuk ini menyimpan virus dengue pada telurnya, selanjutnya akan menularkan virus tersebut ke manusia melalui gigitannya. Sekali menggigit, nyamuk ini akan berulang menggigit orang lain lagi sehingga dengan mudah darah seseorang yang mengandung virus dengue dapat cepat dipindahkan ke orang lain, yang paling dekat tentulah orang yang tinggal dalam satu rumah (Nursalam dkk, 2005).
Namun, virus dengue yang sudah masuk ke dalam tubuh seseorang, tidak selalu dapat menimbulkan infeksi jika orang tersebut mempunyai daya tahan tubuh yang kuat sehingga dengan sendirinya virus tersebut akan dilawan oleh tubuh (Nursalam dkk, 2005).

B. PENYEBAB
Penyebab dari DHF adalah virus dengue ditularkan melalui vektor nyamuk aedes aegypti  yang terdapat hampir di seluruh Indonesia kecuali pada daerah dengan ketinggian lebih dari 1000 m di atas permukaan laut.



C. KLASIFIKASI PENYAKIT DHF
            Menurut Hastuti (2008), penyakit DBD diklasifikasikan berdasarkan berat ringannya yakni sebagai berikut ;
  1. Derajat I
disebut derajat I apabila terdapat tanda-tanda demam disertai gejala-gejala yang lain seperti mual, muntah, sakit pada ulu hati, pusing, nyeri otot, dan lain lain tanpa adanya pendarahan spontan dan bila dilakukan uji torniket menunjukkan hasil positif terdapat bintik-bintik merah. Selain itu, pada pemeriksaan laboratorium menunjukkan tanda-tanda hemokonsentrasi dan trombositopenia.
  1. Derajat II
Disebut derajat II memiliki tanda-tanda gejala seperti yang terdapat pada DBD derajat I yang disertai dengan adanya pendarahan spontan pada kulit ataupun tempat lain (gusi, mimisan, dan lain sebagainya).
  1. Derajat III
Disebut derajat III apabila telah jatuh pada keadaan shock, yaitu pengukuran nadi didapatkan hasil cepat dan lemah, tekanan darah menurun, penderita gelisah, dan tampak kebiru-biruan pada sekitar mulut, hidung, dan ujung-ujung jari.
  1. Derajat IV
Disebut derajat IV apabila penderita telah jatuh pada keadaan shock, penderita kehilangan kesadaran dengan nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak terukur. Kondisi seperti ini disebut DSS (Dengue Shock Syndrome). Penderita berada dalam keadaan kritis dan memerlukan perawatan yang intensif di ruang ICU.

D. KOMPLIKASI
Komplikasi DHF antara lain :
  1. Ensefalopati Dengue, sebagai komplikasi syok berkepanjangan dengan perdarahan. Dapat menyebabkan kesadaran pasien menurun, apatis atau somnolen, dan dapat diseertai kejang.
  2. Kelainan ginjal, umumnya terjadi akibat syok yang tidak teratasi dengan baik. Umtuk mencegah, setelah syok diobati dengan mengganti cairan intravaskular.
  3. Udem paru,merupakan komplikasi akibat pemberian cairan berlebihan.

E. PATOFISIOLOGI




F. TANDA DAN GEJALA
Menurut Nursalam dkk (2005), tanda dan gejala DHF antara lain :
1)      Demam
2)      Perdarahan/bintik-bintik merah pada kulit
3)      Perdarahan lain: mimisan, perdarahan gusi
4)      Keluhan pada saluran pernafasan: batuk, pilek
5)      Keluhan pada saluran pencernaan ataupun sakit pada waktu menelan
6)      Keluhan pada bagian tubuh yang lain: nyeri/sakit kepala, nyeri pada otot, tulang sendi, dan ulu hati, pegal-pegal, pada seluruh tubuh
7)      Dapat juga dijumpai adanya pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening, yang akan kembali normal pada masa penyembuhan
8)      Padakeadaan yang berat, penderita akan jatuh pada keadaan renjatan/shock,yang dikenal ddengan DSS (dengue shock syndrome ),dengan tanda-tanda sebagai berikut:
a)      Kulit teraba lembab dan dingin
b)      Tekanan darah menurun; nadi cepat dan lemah
c)      Terjadi perdarahan, baik dari mulut  hidung maupun anus yang terlihat seperti tinja hitam
d)     Lemah,ngantuk, terjadi penurunan tingkat kesadaran
e)      Gelisah
f)       Tampak kebiru-biruan pada sekitar mulut, hidung, danujung-ujung jari
g)      Tidak buang air kecil selama 4-6 jam

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut Nursalam (2005), patokan dari WHO (World Health Organization) untuk menegakan diagnostik DHF adalah sebagai berikut:
1.      Demam akut,yang tetap tinggi selama 2-7 hari kemudian turun secara lisis demam disertai gejala tidak spesifik,seperti anoreksia,lemah, nyeri.
2.      Manifestasi perdarahan :
a.       Uji tourniquet positif
b.      Petekia, purpura , ekimosis
c.       Epistaksis,perdarahan gusi
d.      Hematemesis,melena
3.      Pembesaran hati yang nyeri tekan, tanpa ikterus.
4.      Syok
Ditandai dengan nadi lemah dan cepat disertai tekanan nadi yang menurun (tekanan sistolik menurun sampai 120 mmHg atau kurang dan tekanan diastolik menurun 80 mmHg atau kurang) dan kulit yang teraba dingin dan lembab , terutama pada ujung hidung , jari, dan kaki. Penderiat gelisah serta timbul sianosis di sekitar mulut.
5.      Dengan atau tanpa renjatan.
Renjatan biasanya terjadi pada saat demam turun (hari ke-3 dan hari-7 sakit). Renjatan yang terjadi pada saat demam biasanya mempunyai prognosis buruk.
6.      Kenaikan nilai Hematokrit/ hemokonsentrasi
7.      Darah lengkap: hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20 % atau lebih), trombositopeni (100.000/mm3 atau kurang).
8.      Rontgen Thorax : kadang ditemukan efusi pleura.

Sedangkan menurut literatur yang diakses dari internet pada tanggal 6 Mei 2013di  www.library.upnvj.ac.id/pdf/.../bab2.pdf, pemeriksaan diagnostik DHF meliputi:
1. Pemeriksaan Laboratorium
a.          Trombosit menurun <100.000/ul
b.         Hematokrit meningkat 20% atau lebih
c.          Lekosit menurun pada hari ke-2 dan ke-3
d.         Kadar albumin menurun sedikit dan bersifat sementara
e.          Hipoproteinemia (protein darah rendah)
f.          Hiponatremia (Na darah rendah)
2. Pemeriksaan Radiologi
Pada foto thorak DHF grade III dan IV serta sebagian grade II, didapatkan efusi pleura.
3. Pemeriksaan Serologis
Uji hemaglutinasi inhibisi, kenaikan titer konvalesen 4x lipatdari titer serum akut atau titer tinggi, yakni >1280, diduga positif infeksi dengue.

Menurut Nursalam dkk (2005), gambaran klinis DHF seringkali mirip dengan  beberapa penyakit lain seperti:
a. Demam chikungunya (DC)
Dimana serangan demam lebih mendadak atau lebih pendek  tapi suhu diatas 400C disertai ruam dan infeksi konjungtiva ada rasa nyeri sendi dan otot. Pada DC tidak ditemukan perdarahan gastrointestinal dan syok.
b. Demam Thypoid
Biasanya timbil tanda klinis khas seperti pola demam, bradikardi relatif adanya leukopenia,limfosistosis relatif.
c. Anemia aplastik
Penderita tampak anemis, timbul juga perdarahan pada stadium lanjut,demam timbul karena infeksi sekunder,pemeriksaan darah tepi menunjukan pansitopenia.
d. Purpura trombositopenia idiopati (ITP)
Purpura umumnya terlihat lebih menyeluruh, demam lebih cepat menghilang, tidak terjadi hemokonsentrasi.      

H. PENATALAKSANAAN
Menurut literatur yang diakses dari internet pada tanggal 6 Mei 2013di  www.library.upnvj.ac.id/pdf/.../bab2.pdf, pada dasarnya pengobatan pasien DHF bersifat simtomatis dan suportif, antara lain :
1. Untuk DHF tanpa renjatan
a.       Tirah baring
b.      Pemberian makanan lunak
c.       Demam tinggi, anoreksi dan muntah menyebabkan dehidrasi, maka pasien diberi banyak minum yaitu   1 ½  - 2 liter dalam 24 jam. Dapat diberiak teh manis, sirop, susu dan bila mau berikan juga oralit.
d.      Demam tinggi diobati dengan antipiretik dan kompres air hangat
e.       Jika kejang berikan luminal atau antikonvulsan lainnya
f.       Infus diberikan jika pasien terus menerus muntah, tudak mau minum dan hematokrit meningkat

2. Untuk DHF disertai renjatan :
Pasien DHF dengan renjatan harus dipasang infus sebagai pengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma.Bila perlu berikan transfusi darah pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal yang hebat.

Sedangkan menurut Soegijanto (2001),  penatalaksanaan DHF meliputi: koreksi elektrolit dan kelainan metabolik, obat penenang, terapi oksigen, transfusi darah, monitoring
tanda vital dan kadar hematokrit, jenis cairan, jumlah, dan tetesan, untuk menentukan apakah cairan yang diberikan sudah mencukupi dan jumlah dan frekuensi diuresis. Pasien dapat dipulangkan, apabila:
- Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik
- Nafsu makan membaik
- Tampak perbaikan secara klinis
- Hematokrit stabil
- Tiga hari setelah syok teratasi
- Jumlah trombosit > 50.000/μl
- Tidak dijumpai distress pernafasan (disebabkan oleh efusi pleura atau asidosis)

I. PENCEGAHAN
Nyamuk Aedes aegypti hidup di dataran rendah beriklim tropis sampai subtropics. Nyamuk ini sangat menyukai tempat teduh dan lembab, suka bersembunyi di bawah kerindangan pohon, ataupun pada pakaian yang tergantung dan berwarna gelap.
Nyamuk ini bertelur pada genangan air yang jernih, yang ada dalam wadah, bukan pada air kotor ataupun air yang langsung bersentuhan dengan tanah. Oleh karena itu, terdapat beberapa tempat yang disukai dan merupakan tempat bertelurnya nyamuk Aedes aegypti, adalah sebagai berikut :
a.       Tempayan air atau ember
b.      Tempat minum burung
c.       Vas bunga atau pot bunga
d.      Ban bekas
e.       Bak mandi
f.       Drum air bersih
g.      Kaleng atau botol bekas
h.      Potongan bamboo
Kondisi di atas, dilihat dari begitu banyak tempat-tempat yang tidak terduga disukai nyamuk Aedes aegypti, tidak dapat dipungkiri penyebaran penyakit DBD dapat berjangkit dan menyerang seluruh penduduk kapan saja.
Sampai saat ini belum ditemukan obat yang dapat membunuh virus demam berdarah. Namun, penyakit ini dapat dicegah dengan upaya “memutus mata rantai” penyakit ini.
Pencegahan penyakit DBD dikenal dengan istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yang dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut :
1.      Kimia
a.       Pengasapan atau fogging (menggunakan malathion dan fenthion) yang berguna untuk mengurangi penularan sampai batas waktu tertentu.
b.      Abatisasi atau pemberian bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air seperti:  tempayan, ember, vas bunga, kolam, dan sebagainya.
2.      Biologi
Dilakukan dengan memelihara jeis ikan pemakan jentik atau larva (ikan nila merah, ikan guppy, dan sebagainya)
3.      Fisik
Pengendalian ini dikenal dengan kegiatan 3M (Menguras, Menutup, Mengubur). Adapun yang dimaksud menguras bak mandi, bak WC, menutup tempat penampungan air rumah tangga (tempayan, drum, dan sebagainya), serta mengubur barang-barang bekas seperti botol, kaleng, ban dan lain-lain untuk mencegah tergenangnya air di tempat-tempat itu.




TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA ANAK DENGAN DHF (Dengue Hemorrhagic Fever)

A. PENGKAJIAN
1.      Identitas pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak usia kurang dari 15tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
2.      Keluhan utama
Alas an/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk dating ke Rumah Sakit adalah panas tinggi dan anak lemah
3.      Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas secara mendadak yang disertai menggigil dan saat demam kesadaran kompos mentis. Turunya panas terjadi antara hari ke-3 dan ke-7, dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk, pilek, nyeri telan, muntah anoreksia, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati, dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdar4ahan pada kulit, gusi, (grade III, IV), melena atau hematemesis.
4.      Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit yang pernah diderita. Pada DHF, anak bisa mengalami serangan ulangan DHF dengan tipe virus yang lain.
5.      Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya komplikasi dapat dihindarkan
6.      Riwayat gizi
Status anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat factor predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai pemenuhan  nutrisi yang tidak mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang
7.      Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan baju di kamar
8.      Pola kebiasaan
a)      Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang dan nafsu makan menurun
b)      Eliminasi alvi (buang air besar). Kadang-kadang anak mengalami diare/konstipasi. Sementara DHF pada grade III-IV bisa terjadi melena
c)      Eliminasi urin (bung air kecil)perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit/banyak, sakit/tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria
d)     Tidur vdan istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya kurang
e)      Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk aedes aegypti
f)        Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga kesehatan

9.      Pemeriksaan fisik , meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi dari ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan DHF, keadaan fisik anak adalah sebagai berikut:
a)      Grade I: kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital dan nadi lemah
b)      Grade II: kesadaran kompos mentis , keadaan umum lemah, ada perdarahan, spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah,kecil, dan tidak teratur
c)      Grade III: kesadaean apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil, dan tidak teratur, serta tensi turun
d)     Grade IV: kesadaran koma, tanda-tanda vital:nadi tidak teraba, tensi tidak terukur, pernafasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit tampak biru
10.  Sistem integument
a)      Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun,dan muncul keringat dingin, dan lembab
b)      Kuku sianosis atau tidak
c)      Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam(flusy), mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan(epitaksis)padagrade II,III,IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan terjadi perdarahan telinga(padagrade II,III,IV)
d)     Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi pleura), Rales +,Ronchi + yang biasanya terdapat padagrade III dan IV
e)      Abdomen
Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati,(hepatomegali), dan asites
f)       Ekstremitas
Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang
11.  Pemeriksaan laboratorium
Padapemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai:
a)      Hb dan PCV meningkat (≥20%)
b)      Trombositopenia (≥100.000/ml)
c)      Leucopenia (mungkin normal atau lekositosis)
d)     Ig.D.dengue positif
e)      Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan: hipoproteinemia,hipokloremia, dan hiponatremia
f)       Urium dan pH darah mungkin meningkat
g)      Asidosis metabolik : pCo2 <35 – 40 mmHg dan HCO3 rendah
h)      SGOT/SGPT mungkin meningkat

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Masalah atau diagnosis keparawatan DHF:
1.      Peningkatan suhu tubuh (hipertermia)
2.      Nyeri
3.      Gangguan pemenuhan nutrisi, sehingga kurang dari kebutuhan
4.      Potensial terjadi perdarahan intra abdominal
5.      Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
6.      Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, dan perawatan pasien DHF
7.      Gangguan aktivitas sehari-hari

C. PERENCANAAN
1.      Peningkatan suhu tubuh
1)      Kajilah saat timbulnya demam.
2)      Observasi tanda-tanda vital : suhu, nadi, TD, dan RR setiap 3 jam sekali.
3)      Berikan penjelasan mengenai penyebab demam atau peningkatan suhu.
4)      Berikan penjelasan kepada pasien/keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi demam dan menganjurkan kepada pasien/keluarga untuk bersikap kooperatif.
5)      Jelaskan pentingnya tirah baring bagi pasien dan akibatnya jika hal tersebut tidak dilakukan.
6)      Anjurkan pasien untuk banyak minum paling tidak 2,5 liter tiap 24 jam dan jelaskan manfaatnya bagi pasien.
7)      Berikan kompres dingin pada daerah axilla dan lipatan paha.
8)      Anjurkan agar pasien tidak memakai selimut dari pakaian yang tebal.
9)      Catatlah asupan dan keluaran cairan.
10)  Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai dengan program dokter.



2.      Gangguan rasa nyaman nyeri
1)      Kajilah tingkat nyeri yang dialami pasien dengan menggunakan skala nyeri (0-10). Biarkan pasien memutuskan tingkat nyeri yang dialami, tipe nyeri yang dialami, dan respoms pasien terhadap nyeri.
2)      Berikan posisi yang nyaman dan usahakan situasi yang tenang.
3)      Berikan suasana yang gembira pada pasien, alihkan perhatian pasien dari rasa nyeri (libatkan keluarga) misalnya membaca buku, medengar musik dan menonton TV
4)      Berikan kesempatan pada pasien untuk berkomunikasi dengan teman-temannya atau orang terdekat.
5)      Berikan obat-obat analgetik(kolaborasi dengan dokter.
3.      Gangguan pemenuhan nutrisi(kurang dari kebutuhan)
1)      Kajilah keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami oleh pasien.
2)      Berikan makanan yang mudah ditelan, seperti bubur dan tim, serta dihidangkan selagi hangat.
3)      Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.
4)      Jelaskan manfaat makanan/nutrisi bagi pasien terutama saat sakit.
5)      Catatlah jumlah/porsi makanan yang dihabiskan oelh pasien setiap hari.
4.      Potensial terjadinya perdarahan lebih lanjut sehubungan dengan trombositopenia
1)      Monitor tanda penurunan trombosit yang disertai dengan tanda klinis.
2)      Monitor jumlah trombosit setiap hari.
3)      Berikan penjelasan mengenai pengaruh trombositopenia pada pasien.
4)      Anjurkan pasien untuk banyak istirahat.
5.      Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
1)      Monitor keadaan umum pasien.
2)      Observasi tanda-tanda vital setiap 2-3 jam.
3)      Perhatikan keluhan pasien, seperti mata berkunang-kunang, pusing, lemahy, ekstermitas dingin, dan sesak nafas.
4)      Apabila terjadi tanda-tanda syok hipovolemik, baringkan pasien terlentang tanpa bantal.
5)      Pasang infus dan beri terapi cairan intravena jika terjadi perdarahan (kolaborasi dengan dokter).
6.      Kurangnya pengetahuan keluarga tentang proses penyakit, diet, dan perawatan
1)      Berikan kesempatan pada pasien/keluarga untuk menanyakan hal-hal yang ingin diketahui sehubungan dengan penyakitnya.
2)      Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan dan manfaatnya bagi pasien dan keluarga.
3)      Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan obat-obatan pada pasien dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.
7.      Gangguan aktivitas sehari-hari
1)      Bantulah pasien untuk memenuhi kebutuhan aktivitasnya sehari-hari seperti : mandi, makan, dan eliminasi sesuai dengan tingkat keterbatasan pasien.
2)      Berikan penjelasan mengenai hal-hal yang dapat membantu dan meningkatkan kekuatan fisik pasien.
3)      Siapkan bel di dekat pasien.



DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A.A.A., 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Buku 2, Cetakan Ketiga, Penerbit Salemba Medika, Jakarta, Hal :123- 129
Nursalam, Susilaningrum, R. dan Utami, S., 2005, Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (Untuk Perawat dan Bidan), Edisi I, Penerbit Salemba Medika, Jakarta, Hal : 159 -168
Soegijanto, S., 2001, Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue pada Anak, Seminar Penatalaksanaan DBD, Tropical Disease Center (TDC), Lab. Ilmu Kesehatan Anak – FK UNAIR / RSUD Dr. Soetomo, Surabaya
Diakses pada tanggal 6 Mei 2013, jam 15.40,  http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/.../bab2.pdf   
Diakses pada tanggal 4 Mei 2013, jam 20.15, http://www.library.itd.unair.ac.iddownload.phpid=5


0 Response to "Asuhan Keperawatan Anak dengan DHF"

Posting Komentar